Selasa, 30 Mei 2017

Analisis Frase



KEPOLISIAN MALAYSIA: SITI AISYAH TAHU YANG DIPEGANG ADALAH RACUN
KUALA LUMPUR – kepolisian Malaysia mengklaim, Siti Aisyah dan Doan Thi Houng mengetahui aksi yang mereka lakukan kepada Kim Jong-nam melibatkan racun. Otoritas Malaysia membantah pengakuan Siti dan Doan yang mengatakan aksi mereka hanya kelakar semata.
Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan, penyelidikan saat ini mengungkapkan fakta mal Pavillion dan KLCC digunakan Siti Aisyah dan Doan untuk berlatih sebelum menghampiri Kim Jong-nam di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 pada 13 Februari.
“kami menduga bahan cair yang mereka gunakan adalah cairan beracun dan kedua tersangka (Siti Aisyah dan Doan) tahu bahan tersebut berbahaya. Kami juga menduga kedua tersangka telah menyiapkan cairan beracun tersebut sebelum membekapnya ke wajah korban,” ujar Tan Sri Khalid Abu Bakar, sebagaimana dikutip dari utusan.com,Rabu(22/2).
Ia menegaskan, kepolisian Malaysia telah mengesampingkan kemungkinan kedua tersangka menyangka serangan itu kelakar semata atau mereka mempercayai itu merupakan proses syuting acara televisi. “kami berharap penahanan mereka untuk diperpanjang selama tujuh hari lagi,” tambahnya kepada The Stars. (rfa/int)
KETERANGAN:
Aaaa    = frase endosentris
Aaaa    = frase endosentris koordinatif
Aaaa    = frase endosentris atributif
Aaaa    = frase eksosentris
Aaaa    = frase verba
Aaaa    = frase nomina
Aaaa    = frase endosentris apositif
Aaaa    = frase adjektiva
Aaaa    = frase numerelia

Prosa Anak



KEPERCAYAAN DIRI SEORANG TIA
Pagi yang cerah menerangi Desa Pekan Baru, seorang anak perempuan bernama Tia sedang duduk di bangku taman seorang diri sambil membaca buku cerita berjudul “Si Manis” dengan raut wajah yang sangat serius. Tiba-tiba ada seseorang menepuk pundaknya seraya duduk disampingnya, itu adalah temannya yang bernama Sam. Sam kemudian mengambil buku bacaan Tia kemudian menutup buku itu. Tia ingin protes dengan tingkah sahabatnya tersebut, namun diurungkannya karena Sam telah membuatnya terkejut dengan berita yang dibawanya. “sekolah kita akan mengadakan lomba membaca puisi tingkat kota. Apakah kau tidak ingin mengikutinya?” tanya Sam. Tia pun hanya terdiam tidak ada jawaban namun mulai berkata “tidak, maaf Sam kau saja yang mengikuti lomba itu. Aku tidak berminat.” “oh ayolah Tia... aku mengetahui kamu mempunyai bakat hebat membaca puisi. Segala ketukan, nada dan irama mu membaca puisi selalu membuatku tertegun... lagipula nilai membaca puisimu di kelas yang paling tinggi bukan?” Tia pun hanya diam dan tidak memperdulikan Sam yang masih asyik memuji dirinya, Sam pun menyadari hal itu dan segera menepuk pundak Tia yang membuatnya terkejut... “heiiii apa kamu mendengar apa yang kukatakan Tia?” Tia pun kemudian berdiri dan berjalan menjauhi Sam yang memanggil-manggil namanya.
Sesampainya di kelas Tia pun kemudian duduk di bangkunya yang terletak di deretan nomor 2 kelas itu. Anita yang berada di depannya pun segera berbalik menghadap ke arah Tia yang sedang sibuk membaca buku ceritanya. “Tia apa kamu tidak ingin ikut lomba menulis puisi itu?” Anita memulai pembicaraan yang membuat Tia kembali terdiam dengan pertanyaan temannya itu. “dia tidak akan mau mengikuti lomba itu Nita. Aku sudah berusaha membujuknya untuk mengikuti lomba itu tapi dia tetap tidak ingin mengikuti lomba tersebut” sahut Sam yang kemudian duduk dibangkunya yang terletak tepat disebelah bangku Tia. “wahh sayang sekali ya, menurutku kamu harus mengikuti lomba itu Tia. Aku yakin kamu pasti menang” kata Anita dengan sedikit kecewa. Pembicaraan mereka terhenti ketika bel sekolah berbunyi yang sesaat kemudian Ibu Roma memasuki kelas dan memulai pembelajaran.
Di perjalanan pulang Tia tidak habis-habisnya berfikir apakah dia akan mengikuti lomba itu atau tidak. Dalam hati kecilnya dia ingin mengikuti lomba itu, tetapi di dalam dirinya tidak ada keberanian, ia terlalu takut ketika berbicara di depan orang-orang nantinya, ia takut jika ia salah mengucapkannya salah, ia terlalu gugup tampil di panggung itu.
Keesokan paginya Tia berangkat kesekolah dengan malas, karena hari ini adalah hari pendaftaran lomba membaca puisi itu. Sesampainya di kelas ia tidak menemukan sahabatnya sam, ia pun menanyakan kepada Anita tentang keberadaan Sam. “ohh tadi aku melihat Sam terburu-buru keluar kelas setelah dia meletakkan tasnya Tia tetapi aku tidak tau dia pergi kemana.” Kata Anita. “ya sudah terima kasih Nita” kata Tia. Tia pun duduk di bangkunya dengan pemikiran yang tidak lepas dari Sam sahabatnya itu. Tidak berapa lama kemudian Sam memasuki kelas dengan terburu-buru dan memangil Tia. “kamu darimana saja Sam?” Sam tidak menjawab pertanyaan Tia tetapi malah menarik tangan tia untuk mengikutinya. “kamu mau kemana Sam? Sebentar lagi bel akan berbunyi dan Bu Roma akan memarahi kita jika kita tidak ada di kelas.” Kata Tia pada Sam yang tidak memerdulikan perkataannya.
Ternyata Sam membawa Tia ke kantor guru. “apa yang akan kamu lakukan Sam? Kenapa kamu membawaku kesini?” kata Tia penuh tanya. “aku bersama Bu Roma medaftarkanmu mengikuti lomba membaca puisi itu” Tia pun terkejut dengan apa yang Sam katakan tersebut, dia pun melepaskan dengan paksa pegangan tangan Sam padanya. “apa kamu tidak mendengar perkataanku kemarin kepadamu Sam? Aku tidak akan mengikuti lomba itu! Kenapa kamu tetap mendaftarkan aku!” kata Tia penuh amarah pada Sam. Belum sempat Sam membela diri Ibu Roma pun berkata “itu karena Sam mengetahui bakatmu Tia, Sam peduli padamu, sebagai sahabatmu dia ingin kamu sukses dan membantu mengembangkan bakatmu itu. Seharusnya kamu berterima kasih padanya, bukan memarahinya” nasihat Bu Roma. “tapi Bu saya terlalu takut mengikuti lomba itu, saya gugup tampil di atas panggung Bu.” Kata Tia jujur memberitahu kelemahannya. Bu Roma dan Sam pun akhirnya mengetahui alasan Tia tidak ingin mengikuti lomba tersebut. Bu Roma pun memberi sebuah rahasia kecil pada Tia.


BERSAMBUNG...

Selasa, 16 Mei 2017

Rangkuman



PENGERTIAN TEORI SASTRA, KRITIK SASTRA DAN SEJARAH SASTRA
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejalagejala yang diamati. Teori berisi konsep/ uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu.
Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Kritik sastra juga bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang digunakan para pengkaji sastra ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Untuk membuat suatu kritik yang baik, diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan, dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra.
Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan keilmuan sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya sastra berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik.
HUBUNGAN TEORI SASTRA DENGAN KRITIK SASTRA DAN SEJARAH SASTRA
Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra, baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra.
Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.
DAFTAR PUSTAKA